Maandag 29 April 2013

IAD: Konsep SAINS Modern dan Islam tentang Proses Terbentuknya Alam


KONSEP SAINS MODERN DAN ISLAM TENTANG PROSES TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“IAD, ISD dan IBD”









Oleh :
Moh. Sofyan Syauqi                         (D01211062)
Muhammad Badruttamam              (D01211061)
Lifatul Jannah                                   (D01211058)
Karina Dewi Retno Kumala             (D01211057)


Dosen Pembimbing:
Drs. Sutikno, M.Pd.I


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA

 
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggraan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan Negara, maka diselenggarakan program-program pendidikan umum. Dengan tidak mengurangi makna penting tugas (Dharma) yang kesatu dan kedua yaitu pendidikan dan pengajaran serta penelitian, yang langsung berhubungan dengan masyarakat adalah dharma yang ketiga, pengabdian kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan banhwa perguruan tinggi (mahasisiwa)harus mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat. Hubungan ini meliputi semua manifestasinya.
Oleh karena itu, perlu mempersiapkan mahasiswanya sedini mungkin guna menghadapi realitas tersebut dan agar terciptanya sosok mahasiswa yang cerdik lagi kritis ditengah-tengah masyarakat.
Memang disadari Ilmu Alam Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Sosial Dasar dianggap sangat perlu sekali dipelajari oleh Mahasiswa. Karena dengan penguasaan dari ilmu-ilmu tersebut diharapkan Mahasiswa mempunyai sikap kritis terhadap gejala-gejala essensial alam, dan mempunyai sifat yang kritis terhadap dinamika-dinamika social dan budaya.
Dalam kesempatan makalah kami ingin mengupas tentang konsep sains modern dan Islam tentang proses terbntuknya alam semesta dan penghuninya.
B.     Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Terbentuknya Alam Semesta Berdasarkan Sains Modern dan Islam?
2. Bagaimana Asal Usul Kehidupan di Bumi?







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Proses Terbentuknya Alam Semesta Berdasarkan Sains Modern dan Islam
Banyak para Ilmuwan yang mengeluarkan teori-teorinya dalam proses terbentuknya alam semesta ini, diantaranya adalah :
1.      Teori Ekspansi dan Kontraksi
Teori ini berlandaskan pikiran bahwa ada suatu siklus dan alam semesta, yaitu “masa ekspansi” dan “masa kontraksi” diduga bahwa siklus ini berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun.
2.      Teori Steady State
Teori ini menyatakan bahwa alam semesta dimanapun selalu sama. Alam semesta terjadi pada suatu saat tertentu yang telah lalu dan segala sesuatu di alam semesta selalu tetap sama. Dalam teori ini dinyatakan bahwa tiap-tiap galaksi terbentuk, tumbuh dan menjadi tua akhirnya mati.[1]
3.      Teori Big Bang (Ledakan)
Teori ini dikembangkan oleh George Lemaitre,[2] teori ini menyatakan bahwa adanya massa yang sangat besar dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Massa tersebut mengembang dengan cepat menjahui pusat ledakan.
Dari beberapa teori modern tentang proses terbentuknya alam semesta diatas, juga tak sedikit ayat-ayat al-quran yang menjelaskan tentang proses terjadinya alam semesta. Diantaranya adalah :
1.      Surat Fushshilat ayat  9-12, menyajikan urutan pengerjaan bagaimana penciptaan alam semesta yang dilakukan Allah:
·         Pertama,(41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
·         Kedua, (41:10) Segala isi Bumi diciptakan total dalam empat masa
·         Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya
·         Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
2.       Juga digambarkan dalam Al Qur’an pada ayat berikut: “Dialah pencipta langit dan bumi.” (QS: 6:101). Keterangan yang diberikan Al Qur’an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap.
Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang“, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur’an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.[3]

3.      kutipkan dari Dr. Maurice Buchaile tentang ayat-ayat penciptaan alam semesta di al-quran:
Berhadapan dengan ayat-ayat al-quran tentang proses penciptaan alam semesta ada  lima dasar yang menjadi landasan Qur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam :
·         Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4, diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada pembentukan matahari dan embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi) nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains.
·         Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang telah kita ketahui.
·         Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive (kelompok gas asli).
·         Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat mungkin.
·         Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar sistim astronomik teratur.
Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an sampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat pertentangan antara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentang penciptaan kosmos.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20
B.     Asal Usul Kehidupan di Bumi
Asal Usul Kehidupan di Bumi menurut sains modern :
1.      Teori Evolusi
Teori evolusi telah memberikan arti bahwa dunia ini tidak statis akan tetapi selalu berubah. Orang yang mengemukakan teori evolusi ini adalah Charles Darwin sebagaimana yang diyakini dalam dewasa ini. Darwin muda sangat takjub dengan beragam spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis burung finch di kepulauan Galapagos. Ia menyangka bahwa variasi paruh pada burung-burung tersebut akibat adaptasi dari habitat. Ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan sepesies berdasarkan adaptasi terhadap lingkungan. Ia menyatakan spesies makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi ingkungan. Darwin menamakan proses ini sebagai evolusi berdasarkan seleksi alam dan mempublikasikan tulisannya dalam buku “the origin of species, by man of natural selection”.
Evolusionis pertama yang meneliti asal usul kehidupan di abad kedua puluh adalah pakar biologi Rusia, Alexander Oparin. Ia bertujuan menjelaskan bagaimana makhluk bersel satu paling pertama, yang menurut teori evolusi dianggap sebagai nenek moyang semua makhluk hidup, dapat terbentuk.
Pada tahun 1930-an, Oparin merumuskan sejumlah teori untuk menerangkan bagaimana sel paling pertama dapat muncul dari benda tak hidup melalui peristiwa alamiah tanpa sengaja, atau secara kebetulan. Namun, usahanya berakhir dengan kegagalan dan Oparin sendiri harus mengakui:
Sayangnya, asal-usul sel masih merupakan pertanyaan yang ternyata menjadi bagian paling gelap dari keseluruhan teori evolusi. (Alexander I. Oparin, Origin of Life, (1936) NewYork: Dover Publications, 1953 (Reprint), hlm.196.)  
           Para evolusionis setelah Oparin melakukan percobaan untuk menemukan penjelasan evolusionis tentang asal-usul kehidupan. Yang terkenal di antaranya dilakukan oleh ahli kimia Amerika, Stanley Miller, pada tahun 1953. Miller berhasil mendapatkan sedikit senyawa organik sederhana dengan mereaksikan gas-gas yang ia yakini terdapat pada atmosfer bumi purba.[4]
2.      Teori Kant Laplace
Dialam raya sudah ada alam yang telah berputar makin lama makin mendingin. Perputaran ini mengakibatkan pendataran dibagian kutub-kutubnya dan menimbun materi dibagian khatulistiwanya yang merupakan daerah paling tidak stabil sewaktu perputaran semakin cepat, bagian tersebut akan terlepas materi dan massa asal. Kemudian mengambil kondensasi akhirnya, menjadi padat berputar mengelilingi massa asal. Maka asal tersebut menjadi matahari dan bagian terlepas setelah padat manjadi planet.
  1. Teori Jean dan Jefreys
Bintang besar yang jauh lebih besar dari matahari memiliki gaya tarik yang sangat kuat terhadap matahari, akibatnya akan terjadi gelombang pasang pada permukaan matahari yang menyerupai gunung yang sanat tinggi dan menyerupai lidah raksasa yang berupa gas sangat panas selanjutnya mengalami pemadatan kemudian pecah menjadi benda-benda tersendiri yang disebut planet.

2. Asal Usul Kehidupan di Bumi menurut Islam :
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, al-Quran salah satu teori dalam Islam yang menceritakan asal usul kehidupan di bumi, diantaranya adalah :
  • “Bagaimana kamu ingkar pada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkanmu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (Q.S. al-Baqarah : 28 )
  •  “Wahai Manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamudari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduannya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…” (Q.S. an-Nisa’ : 1)
Masih banyak lagi teori yang terdapat dalam al-Quran…
-          Q.S. al-Baqarah : 30, 164
-          Q.S. an-Nahl : 4, 70, 78































BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan

1.      Dalam teori-teori yang telah kami sebutkan, antara teori sains modern dan teori menurut Islam atas terbentuknya alam semesta, tidak jauh beda antara keduanya.
Pertama teori sains modern, disitu dijelaskan bahwa terjadinya alam semesta akibat ledakan yaitu adanya massa yang sangat besar dan mempunyai massa jenis yang sangat besar, karena adanya reaksi inti kemudian meledak dengan hebat. Dari situlah alam semesta terbentuk.
Yang kedua teori menurut Islam, yang diambil dari ayat al-Quran. Dialah pencipta langit dan bumi.” (QS: 6:101). ). Keterangan yang diberikan Al Qur’an ini bersesuaian dengan teori Big Bang yaitu Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Namun, di al-Quran menjelaskan sangat rinci bagaimana Allah menciptakan alam semesta ini.
2.      Kesimpulan dari teori sains modern dan teori Islam tentang asal usul kehidupan di bumi sangat berbeda.
Pertama teori sains modern menjelaskan bahwa, asal usul kehidupan di bumi akibat evolusi, yaitu menyatakan spesies makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi ingkungan. Dan menurut Darwin, bahwa nenk moyang manusia adalah Kera.
Kedua teori menurut Islam yang diambil dari al-Quran, “Bagaimana kamu ingkar pada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkanmu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan” (Q.S. al-Baqarah : 28 )
Dan ayat “Wahai Manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamudari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduannya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak…” (Q.S. an-Nisa’ : 1)


[1] Amalee, Irfan, Ensiklopedi Bocah Muslim (Bandung:Mizan,2006)
[2] Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta:Raja GrafindoPersada 200)
[3] (Tulisan ini diambil dari karya-karya Harun Yahya tentang Al-Quran dan Astronomi, sumber: harunyahya.com)

0 opmerkings:

Plaas 'n opmerking